Cerpen dan Cerbung Idola Cilik

Cerita Fiksi tentang Idola Cilik

CerBung: Misteri Negeri Rubiks (bagian 4)

pada 13 Mei 2012

“Kita pasti bisa kok mengembalikan keadaan negeri rubiks…” kata Rio meyakinkan Lintar.

“Kantadi kita sudah diberikan permen rubiks. Dan sekarang kita mempunyai kekuatan sihir. Nah, kekuatan sihir itu harus kita gabungkan agar negeri rubiks bisa kembali. Lihatlah! Bangunan di negeri rubiks ini mulai rapuh.” Nova menunjuk ke arah semua bangunan di negeri rubiks.

“Ayo kita gabungkan semua kekuatan sihir yang kita miliki!” seru Lintar, Rio, Ozy, Nova, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia kompak.

Lintar, Rio, Ozy, Nova, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia menggabungkan semua kekuatan sihir yang mereka dapatkan dari permen rubiks yang dimakan. Dan mereka bersama-sama mengayunkan tongkat sihir ke arah rubiks besar agar susunan rubiks di negeri rubiks bisa kembali.

Namun, di balik semak-semak, penyihir Cakka dan teman-temannya mengintip Lintar, Rio, Ozy, Nova, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia yang berusaha mengembalikan susunan rubiks. Penyihir Cakka dan teman-temannya yang bernama Obiet, Irsyad, Gabriel, Debo, Agni, Oik, Sivia, Shilla, dan Ify mengeluarkan semua kekuatan. Cakka dan Agni bisa membuat kekuatan lawan menjadi lemah. Obiet dan Irsyad membuat cahaya petir dari tubuh mereka. Gabriel dan Debo yang pintar bertarung melawan musuh menyerang lawan dengan pedang yang mereka miliki. Oik, Sivia, Shilla, dan Ify membantu Debo dan Gabriel menyerang lawan.

Sesaat kemudian, semua keadaan berubah. Langit tiba-tiba menjadi gelap. Kilat menyambar sampai menyilaukan mata. Kekuatan Lintar, Rio, Ozy, Nova, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia mulai melemah. Mereka terus diserang oleh penyihir Cakka dan teman-temannya.

“A… aaaa!” Olivia berteriak setelah dadanya ditusuk sebuah pisau oleh Agni.

Ozy yang pertama kali melihat itu memeluk Olivia erat. Lintar yang mempunyai kekuatan menyembuhkan penyakit segera menolong Olivia dengan sihirnya. Sesaat setelah Lintar menolong Olivia, keadaan Olivia mulai membaik. Namun, kondisi tubuh Lintar semakin memburuk. Untuk berdiri saja Lintar tidak mampu melakukannya. Kondisi Lintar yang lemah dimanfaatkan oleh penyihir Cakka, Agni, Obiet, Irsyad, Debo, Gabriel, Sivia, Oik, Shilla, dan Ify untuk membunuh Lintar.

“Hahaha… kurang dari sebelas bulan lagi negeri rubiks ini akan hancur! Dan teman kalian ini pun akan hancur saat ini juga!” penyihir Cakka tertawa puas.

“Teman-teman, satukan sisa kekuatan sihir kita!” Rio berteriak.

“Hiks… Kondisi Lintar lemah pasti karena tadi Lintar menolongku…” mata Olivia terlihat berkaca-kaca.

“Sudahlah, Oliv! Kondisi Lintar pasti bisa seperti biasa lagi, asalkan kita menggabungkan semua kekuatan sihir yang kita punya…” Nova, Zevana, dan Keke berusaha menenangkan Olivia.

“Ini pasti gara-gara aku! Karena saat aku melihat Oliv ditusuk pedang, aku hanya memeluknya, tak bisa melakukan apa-apa… Lintar-lah yang telah menyelamatkan Oliv…” Ozy juga terlihat sedih.

“Zy… jangan menyalahkan diri sendiri.” Alvin mengingatkan.

“Sudahlah, kawan! Jangan menyalahkan diri sendiri! Ayo satukan sisa kekuatan yang kita punya!” kata Rio bersemangat.

Rio, Ozy, Nova, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia bersatu menggabungkan semua kekuatan yang dimiliki.

“Teman-teman! Biar aku saja yang berusaha melawan penyihir jahat itu! Kalian istirahat saja untuk mengembalikan tenaga!” perintah Nova.

“Jangan, Nov! Kamu pasti tidak bisa melawan mereka sendirian!” ujar Rio, Ozy, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia bersama-sama.

Nova berteriak sekencang-kencangnya, “Aku akan berusaha melawan semua penyihir itu! Karena aku…” namun Nova tidak mampu melanjutkan kalimatnya.

“Karena apa?” Rio, Ozy, dan Alvin bertanya.

“Ah… nggak perlu ditanya! Yang penting, aku bisa menolongnya! Aku ingin…” Nova berlari menghampiri Lintar dan semua penyihir yang tadi menyerangnya dan juga teman-temannya.

“Lintar, aku bermaksud menolongmu karena aku ingin berada di dalam sejarah hidupmu, sejarah yang selalu ada dalam pikiranmu… Aku… aku sangat menyayangimu lebih dari sekedar sahabat….” Nova berkata dalam hati.

“Satu lawan sepuluh nih jadinya? Oke!” Agni melangkah mendekat ke arah Nova, “Yang lain, pergisana! Atau nggak kalian yang akan menjadi korban selanjutnya!”

Rio, Ozy, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia melangkah mundur, bersembunyi di balik rumah pohon besar.

Nova hanya sendiri melawan penyihir Cakka dan teman-temannya. Dalam kondisi yang lemah, Lintar tetap bisa melihat semua itu. Lintar berusaha berdiri dan bangkit lagi, namun tetap tak bisa. Sekali lagi ia yakin bisa bangkit berdiri, masih belum bisa. Karena keyakinannya sangat kuat, akhirnya setelah itu Lintar bisa berdiri dan melawan penyihir Cakka dan teman-temannya.

Lintar dan Nova menggabungkan kekuatan untuk melawan penyihir Cakka dan teman-temannya. Mereka saling memandang sebentar, lalu tersenyum dan mengucapkan kalimat, “Kekuatan cinta!”.

“Cak… bagaimana, ini? Mereka berdua memakai kekuatan cinta! Lama-lama tenagaku bisa hilang…” Agni terlihat pasrah.

“Benar, Agni! Badanku juga terasa menjadi lemas…” ujar Cakka, “Tapi kita nggak boleh menyerah menghancurkan kekuatan cinta mereka yang sangat kuat…”

Bunyi pedang terdengar. Darah mulai menetes dari tubuh Lintar dan Nova setelah mereka diserang oleh Debo dan Gabriel, yang dibantu dengan teman-teman lainnya. Walaupun di sekitar tubuh mereka terdapat bekas luka akibat diserang, namun Lintar dan Nova tetap menghabiskan seluruh kekuatan sihir yang dimiliki.

Di rumah pohon…

“Ka… kalian?” Nyopon, Rizky, Dea, Deva, Ray, dan Daud melihat Rio, Ozy, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia di rumah pohon yang sama.

“Bagaimana ceritanya kalian bisa tinggal di rumah pohon ini?” Rio, Ozy, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia bertanya.

“Begini. Lihatlah bangunan di sebelahsana! Rumah-rumah yang biasa kami tempati hancur setelah rubiks yang digunakan sebagai pertahanan negeri tersusun acak. Karena itulah kami semua tinggal di rumah pohon ini” Deva menunjuk ke arah bangunan di negeri rubiks.

“Mana teman kalian yang dua lagi?” Ray bingung melihat jumlah teman-teman barunya dari dunia manusia biasa tidak lengkap.

“Mereka berdua sedang bertarung melawan penyihir-penyihir jahat!” seru Rio, Ozy, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia.

“Maafkan kami karena selama mengembalikan kekuatan sihir, kami tidak mengetahui apapun yang terjadi di negeri ini…” Dea meminta maaf.

“Kami tidak tahu siapa penyihir itu.” ucap Daud.

“Apakah kita mau mencoba membantu Lintar dan Nova melawan penyihir jahat itu?” Rio, Ozy, dan Alvin  bertanya kepada teman-temannya.

“Memangnya sekarang mereka berdua berada dimana?” Rizky balik bertanya.

“Sekarang, mereka berdua berada di luar.” jawab Rio, Ozy, dan Alvin.

“Apakah tidak berbahaya jika kita keluar dari rumah pohon ini? Dengarlah, kilat masih terus menyambar. Bunyi pedang juga terus terdengar.” lirih Nyopon.

“Apapun keadaan di luarsana, kita harus tetap membantu teman supaya selamat dari bahaya yang mengancam teman kita itu.” Zevana tersenyum simpul.

“Betul!” yang lainnya juga menyetujui.

“Namamu memang Lintar, tapi kekuatanmu tak setajam halilintar dan pedang ini.” Debo dan Gabriel mendekatkan pedangnya ke arah Lintar.

“Petir itu artinya halilintar. Seperti namamu Lintar. Kekuatan petir itu sangat dahsyat, tapi kita yakin kekuatanmu pasti tak sedahsyat petir yang kita ciptakan.” Obiet dan Irsyad terlihat penuh amarah.

“Lihat saja… sebentar lagi kekuatanmu pasti melemah.” Cakka dan Agni tersenyum penuh kemenangan.

“Lintar mau dibu…” baru saja Nova mengucapkan satu kalimat, tiba-tiba Sivia dan Oik menutup rapat-rapat mulut Nova dengan tangan mereka. Lalu, Shilla dan Ify mengikatkan Nova dengan tali dari alat sihir Shilla pada sebuah pohon. Nova hanya pasrah melihat dirinya diikat dan dijaga ketat oleh Sivia dan Oik.

“A… apa itu?” Lintar melihat sebuah kristal yang terjatuh dari kantung salah satu penyihir jahat. Saat penyihir jahat sedang lemah, Lintar mengambil kristal yang terjatuh itu. Ternyata, kristal yang terjatuh yang ditemukan Lintar tadi adalah kristal ajaib berwarna biru. Kristal biru itu sebagai pertahanan tubuh penyihir jahat.

“Kristal warna biru millikku mana, ya? Perasaan tadi masih ada di kantung ini, deh?” Debo mencari-cari kristal biru miliknya di kantung rahasia.

“Itu, tuh! Diambil sama maling ‘Lintar’” Gabriel menunjuk ke arah Lintar yang sedang memegang sebuah kristal biru.

Lintar melempar kristal biru yang dipegangnya lalu berlari. Di saat berlari, ia melihat sebuah kertas melayang ke depannya.

“Baca ah kertas ini. Siapa tahu penting.” kata Lintar.

Lintar membaca isi kertas itu.

Aku merindukan kalian, sahabatku… Walaupun aku akan pergi jauh, jauh ke ujung dunia

(untuk sahabat yang selalu aku rindukan)

“Siapa ya yang menulis di kertas ini?” Lintar membalik-balikkan kertas untuk mengetahui siapa yang menulisnya, namun ternyata usahanya itu sia-sia.

Rio, Ozy, Alvin, Keke, Zevana, dan Olivia datang bersama anak-anak dari negeri rubiks, yaitu Nyopon, Rizky, Dea, Deva, Ray, dan Daud. Pertama, semua mencoba melepaskan Nova yang diikat menggunakan tali dan mencoba menjauhkan Sivia, Oik, Shilla, dan Ify dari tempat Nova diikat dengan tali. Akhirnya berhasil! Nova ikut bergabung bersama yang lainnya untuk menyelamatkan Lintar.


2 responses to “CerBung: Misteri Negeri Rubiks (bagian 4)

  1. tiyara saghira berkata:

    ini cerita buatan sendiri atau copas dari film/novel ?

Tinggalkan komentar